Banyak
dari kita memahami mesin 4 tak ( 4 langkah ) adalah sebuah kesautuan
banyak komponen yang membentuk kinerja dimana dalam menghasilkan sebuah
tenaga konversi kalor menjadi kinetik dibutuhkan 4 siklus kerja
berdasarkan rotasi kruk as dan translasi torak. Tidak ada yang salah,
karena kebanyakan buku kursus dan guru kita di STM mengajarkan demikian,
bahkan dari pemahaman sederhana ini saja mungkin kita belum mengerti
seutuhnya. Coba kita ulang, 4 langkah gerak turun-naik piston itu
adalah : langkah hisap, langkah kompresi, langkah usaha (power) ,
langkah buang. Betul?! Setiap langkah piston dari TMA (titik mati atas)
ke TMB (titik mati bawah) membutuhkan durasi kinerja kruk as sejauh 180
derajat, oleh karenanya satu siklus utuh mesin 4 langkah membutuhkan 720
derajat durasi kruk as, dan 360 derajat durasi noken as, atau 2 kali
putaran kruk as – 1 kali putaran noken as. Pemahaman dasar tentang cara
kerja mesin 4 langkah sangat penting sebelum kita mengembangkan tenaga
lebih dari standardnya.
1. proses hisap. Piston bergerak dari TMA ke TMB, klep intake terbuka, campuran udara/bahan-bakar terhisap masuk oleh piston.
2.
proses kompresi. Piston bergerak dari TMB ke TMA, kedua klep tertutup,
campuran udara/bahan-bakar dipadatkan menuju kubah ruang bakar oleh
piston.
3. proses usaha. Busi menyala meledakkan campuran udara/bahan-bakar hingga mendorong piston bergerak dari TMA ke TMB.
4. proses buang. Klep buang terbuka, piston bergerak dari TMB ke TMA mendorong gas sisa pembakaran.
ITU SAJA BELUM CUKUP!
Mentor
kami dari negeri paman sam berkata lain, bahwasanya mesin motor / mobil
yang kita kendarai sehari-hari itu tidak hanyak 4 tak – 4 langkah,
melainkan dapat dipilah lebih detail menjadi 8 langkah ( 8 tak )!! Gila
gak? Memang gila! Tapi kalau mau bikin mesin kencang, kita harus mau
belajar gila untuk memahami mesin 8 tak. Dan inilah rahasia terbesar
titik-titik penting pengembangan dapur pacu pembangkit tenaga.
Sebelumnya mari kita menyelaraskan pikiran kita tentang pemahaman torsi, TORSI ,
apa itu? Istilah torsi seringkali dipakai dengan salah untuk
mendeskripsikan kekuatan mesin di RPM Rendah. Dalam kenyataannya, Tenaga
( horsepower ) adalah satu-satunya yang berperan penting, karena torsi
tidak melibatkan satupun pergerakan! Torsi hanyalah pengukuran statis
dalam menilai kekuatan lenting, titik! Dalam sebuah event balap, tujuan
utama kita adalah menciptakan sebuah mesin motor yang mampu menghadirkan
kekuatan pergerakan linier akselerasi dari 8,000 RPM ke puncak limiter.
Kunci untuk mencapai tujuan itu tertanam pada pemahaman akan cara kerja
mesin menciptakan tenaga.
Ketika
torsi ( Kekuatan Statis ) dikombinasikan oleh putaran kruk as dalam
satuan waktu –RPM- , hasilnya adalah Horsepower ( Kinerja / Akselerasi
). Dari tiga faktor perhitungan, satu-satunya konstanta pasti adalah
RPM. Dengan kata lain, RPM akan selalu meningkat dalam sebuah progresi
numeric sempurna. ( missal : Akan selalu ada 1,000 RPM diantara 5,000
dan 6,000 RPM) sehingga, jika mesin dapat di setel untuk menciptakan
keluaran torsi konstan melalui rentang RPM yang lebar, Horsepower akan
“secara-otomatis” mengalikan progresi linier sempurna yang sama dengan
RPM!
Sebuah
keluaran torsi rata! Ini adalah jantung dari tantangan menyeting mesin!
Karena umumnya ketika mesin sudah di seting ulang untuk menciptakan
lebih banyak torsi di rentang RPM tertentu, akan terjadi kehilangan di
rentang RPM lainnya. Untuk melihat mengapa ini terjadi, mari kita
cermati kompromisasi setingan pada RPM yang berbeda. Harus disadari
bahwa setiap langkah dari suatu proses dimulai lebih dini mendahului
langkah piston sesungguhnya , maka akan semakin akurat untuk berpikir
tentang siklus mesin dalam 8 langkah ketimbang 4 langkah yang dibagi 180
derajat.
2 Fase Langkah Buang ( Exhaust Blowdown / Exhaust Return )
Exhaust Blowdown:
Sisa gas hasil ledakan harus dibersihkan tuntas dari silinder. Jalan
satu-satunya adalah dengan membuka klep buang lebih dini sekitar 30 – 40
derajat sebelum akhir langkah buang ( TMB ) sehingga tekanan gas yang
masih terbakar dapat mulai melarikan diri keluar dari silinder. Jika
ledakan dibiarkan berlanjut mendorong piston hingga TMB, sedangkan kedua
katup dalam keadaan menutup menciptakan kevakuman silinder tingkat
tinggi, maka piston akan bekerja terlalu keras untuk mendorong balik ke
atas melawan tekanan yang diciptakan oleh gas yang masih terbakar dan
menyerebak saat melakukan langkah buang. Ketimbang demikian, sebaiknya
sebagian tekanan itu dipakai untuk meniup dirinya keluar dari silinder
sementara piston masih bergerak turun.
Exhaust Return: Seketika piston berganti arah translasi dalam fase exhaust return, sisa
tekanan hilang. Jika silenser knalpot diposisikan sesuai teorema
Dinamika Gas Buang untuk menghasilkan tenaga, maka saat terbaik untuk
membuka klep buang adalah kompromi antara menciptakan tenaga terbesar
dari fase usaha pada RPM rendah, dan kehilangan tenaga akhir dari fase
buang di RPM tinggi, atau sebaliknya!
3 FASE HISAP
Ada 3 tahapan berbeda yang menstimulasi aliran udara/bahan-bakar memasuki mesin.
Ada 3 tahapan berbeda yang menstimulasi aliran udara/bahan-bakar memasuki mesin.
Intake Overlap:
Fase pemasukan sebenarnya dimulai saat akhir fase buang. Sekiranya 20
derajat sebelum TMA , klep masuk mulai terbuka. Ini disebut juga periode
overlap noken as dikarenakan klep inlet & outlet saling terbuka
dalam jumlah kecil pada saat yang sama. ( Klep buang dalam proses
menutup – Klep masuk dalam proses terbuka )
Tekanan
gas buang yang relatif rendah menciptakan pola aliran udara di atas
silinder yang menarik pengabutan campuran udara segar ke dalam silinder
menggantikan sisa gas buang. Hebatnya, perlu disardari bahwasanya aliran
udara/bahan-bakar masuk ke dalam silinder bahkan sudah dimulai meski
piston masih dalam translasi dari TMB ke TMA. Melawan arah dari alirah
udara yang seharusnya terpompa!!!
Intake Suction:
Sekarang piston telah melewati 20 derajat setelah TMA dan berakselerasi
turun, menciptakan tekanan yang rendah dalam silinder sehingga menarik
udara./bahan-bakar. Pada saat yang sama, klep terbuka secara cepat
mengijinkan campuran udara/bahan-bakar untuk memasuki silinder tanpa
halangan. Jumlah yang terhisap dan kecepatan aliran udara ini akan
meningkat seiring dengan kombinasi porting, tinggi angkatan klep dan
putaran mesin -RPM-.
Intake Charging:
Ini adalah fase antara piston yang telah melalui akhir langkah, dan
mulai bergerak naik. Dikarenakan momentum kecepatan tinggi tekanan udara
tercipta oleh fase hisap, banyak dari campuran udara/bahan-bakar masih
terhisap bergerak turun melaui jalur pemasukan untuk mengisi silinder
meskipun piston mulai bergerak naik. Ini adalah fenomena yang meningkat
sesuai kecepatan mesin, mencapai titik dimana secara progresif
persentase tinggi dari pengisian silinder terjadi setelah piston tak
lagi secara fisik “menghisap” campuran untuk masuk. Karenanya, penting
untuk meningkatkan fase hisap lebih dari sekedar mendeskripsikannya
dalam 180 derajat kruk as. Rata-rata, dalam mendesain mesin performa
tinggi klep tidak sepenuhnya tertutup meski piston sudah bergerak naik
55 – 70 derajat setelah melampaui 180 derajat langkah hisap untuk
mengoptimalkan pemasukan bahan-bakar!!
catt :
Sebagaimana dapat kamu lihat, panjangya fase ini berhubungan dengan
kecepatan mesin. Ini adalah sebuah kompromi lainnya, dikarenakan
sementara proses klep in yang tertunda untuk menutup meningkatkan
pengisian pada RPM tinggi, kecepatan muatan tidak cukup tinggi pada RPM
rendah, dan piston akan mendorong beberapa dari campuran
udara/bahan-bakar kembali ke porting bahkan lebih parah tersembur ulang
ke karburator menciptakan kekacauan kalibrasi.
Juga,
dengan tujuan mencampur kekuatan utama dari fase hisap, muatan yang
terinduksi harus terbakar sepenuhnya. Jika karburator diseting dengan
jet yang tepat, campuran udara/bahan-bakar akan benar. Namun, semenjak
bahan-bakar lebih berat ketimbang udara, mungkin saja untuk beberapa
molekul bahan bakar terpisah dari campurannya saat bergerak melalui
porting memasuki silinder. Ini dapat menyebabkan campuran menjadi kacau,
dan menjadikan efisiensi pembakaran yang menyedihkan.
Muatan
udara/bahan-bakar harus tetap berturbulensi dalam silinder untuk
menjaga keseragaman campuran keluar. Salah satu cara popular untuk
melakukannya pada mesin 2 klep adalah menciptaka kelokan lembut pada
porting untuk memutar campuran udara memasuki silinder. Ini tidak akan
berguna untuk mesin multi klep, dikarenankan terlalu banyak turbulensi
tercipta dalam porting, yang merusak volume dari aliran udara ke dalam
silinder.
Compression Phase
Momen dimana klep in tertutup dan klep buang belum terbuka sementara piston bergerak naik melakukan tekanan menandai akhir fase hisap, dan dimulainya fase kompresi. Inilah sebenarnya rasio kompresi dihitung, yaitu kompresi Dinamis! Semakin banyak campuran udara/bahan-bakar yang dapat ditekan — semakin besar pula total ledakan yang dapat dibakar. Semakin besar ledakan, semakin kuat daya lenting piston memutar kruk as dalam menghasilkan tenaga.
Momen dimana klep in tertutup dan klep buang belum terbuka sementara piston bergerak naik melakukan tekanan menandai akhir fase hisap, dan dimulainya fase kompresi. Inilah sebenarnya rasio kompresi dihitung, yaitu kompresi Dinamis! Semakin banyak campuran udara/bahan-bakar yang dapat ditekan — semakin besar pula total ledakan yang dapat dibakar. Semakin besar ledakan, semakin kuat daya lenting piston memutar kruk as dalam menghasilkan tenaga.
Batasan
seberapa banyak yang mampu kita kompresikan? Seberapa kuat kita boleh
memadatkan bahan-bakar yang masuk? Satu-satunya batasan adalah hingga
tidak terjadi detonasi. Satu faktor yang menjadi efek merusak terhebat
dalam mesin adalah detonasi. Dan salah satu pencegah terjadinya Detonasi
adalah kekompakan dan efisiensi ruang bakar!!
2 FASE TENAGA
Pre Power Burning Phase Busi membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyebar menjadi api dan membakar semua bahan-bakar. Jika waktu ini dipakai saat piston mulai bergerak turun, maka ada sejumlah bahan-bakar yang potensial untuk dapat diubah menjadi tenaga akan hilang. Jadi, momentum terbaik untuk menyalakan busi adalah sebelum piston mencapai puncak dari langkah kompresi, biasanya antara 35 derajat – 40 derajat sebelum TMA.
Pre Power Burning Phase Busi membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyebar menjadi api dan membakar semua bahan-bakar. Jika waktu ini dipakai saat piston mulai bergerak turun, maka ada sejumlah bahan-bakar yang potensial untuk dapat diubah menjadi tenaga akan hilang. Jadi, momentum terbaik untuk menyalakan busi adalah sebelum piston mencapai puncak dari langkah kompresi, biasanya antara 35 derajat – 40 derajat sebelum TMA.
Power Production Stroke Seketika
piston mencapai TMA, inilah titik penting permukaan piston menerima
tempaan ledakan hasil pembakaran yang terfokus dalam menciptakan tenaga.
Inilah inti mesin, memproduksi tenaga. Hasil ledakan dipakai mendorong
piston, ditekan berat hingga melesat turun ke titik dimana fase exhaust
blowdown, sekitar 140 derajat dari TMA, disaat ini klep buang mulai
membocorkan kompresi dan meringankan beban kruk as serta meningkatkan
akselerasi daya lenting piston. Setelah itu semua langkah ini terulang
kembali dari mula.
KESIMPULAN Sebagaimana
mesin empat langkah bekerja, ternyata pemahaman itu saja masih jauh
dari sempurna. Ditambah permasalahan dasar menyetel mesin, banyak tenaga
terbuang dipakai untuk mengisi ulang silinder hanya untuk menyiapkan
langkah usaha. Kenyataanya, dalam siklus yang sempurna (720 derajat kruk
as), rata-rata fase langkah usaha hanya kurang dari 140 derajat!!!
Banyak peningkatan perbaikan dapat dilakukan untuk membuat sisa 580
derajat itu untuk memaksimalkan siklus langkah USAHA, dan begitu pula
pentingnya, meminimalisir kehilangan pengisian ulang. Dari titik
sederhana ini dapat dipahami betapa poin penyetelan dimana klep in
menutup dalam mengatur kompresi, dan titik dimana klep buang mulai
terbuka dalam mengatur tenaga akan memberi perubahan drastis pada mesin.
Belum
kemudian ditambahkan inspirasi oleh guru saya, mas Londo dari bengkel
TRB di bilangkan Kalasan – Klaten Jawa Tengah. “memang mesin 4
tak,kenyataanya bukan bener2 4 kali siklus.masih ditambah siklus
overlap.Pada siklus overlap ini aja masih banyak banget pr yang mesti
kita kerjakan…
-kenapa mesti ada siklus overlap?
-berapa tinggi lift idealnya ketika overlap?
-berapa derajat idealnya ketika overlap?
-Berapa sudut idealnya klep in dan ex?
-berapa ketinggian sitting klep in dan ex?
-apakah harus sejajar/tingginya sama?
-apakah harus tinggi yang in,atau sebaliknya?
-kenapa mesti ada siklus overlap?
-berapa tinggi lift idealnya ketika overlap?
-berapa derajat idealnya ketika overlap?
-Berapa sudut idealnya klep in dan ex?
-berapa ketinggian sitting klep in dan ex?
-apakah harus sejajar/tingginya sama?
-apakah harus tinggi yang in,atau sebaliknya?
0 komentar:
Posting Komentar